letting go and welcoming them.

NSA
3 min readMay 10, 2024

--

h-1 pernikahan mba izzah. Aku jadi kilas balik mengenai pernikahan abang dan mba2 ku. Terlahir sebagai bungsu, aku menyaksikan keberangkatan mereka menuju kehidupan baru. Meskipun aku tidak menghadiri akad dan walimah salah satu mba ku, aku tetap merasakan emosi yang tak biasa.

Photo by Timon Studler on Unsplash

Melepaskan dan Menerima

Melepaskan kakak kandung ku dan menerima anggota baru. Bagiku itu tak mudah. Aku harus melepaskan orang yang sudah lama tinggal dan hidup bersama dari kecil hingga dewasa. Merelakan mereka hidup bersama separuh agama nya adalah perasaan bittersweet. Pahit dan manis secara bersamaan. Tersenyum dan menangis secara bersamaan. Sedih dan bahagia menjadi satu. Aku bahagia karena mereka telah menyempurnakan agama.

Sementara itu, menerima anggota keluarga baru terasa asing dan canggung. Terkadang aku berpikir pasti sulit bagi mereka untuk menyesuaikan gelombang keluarga ku. Aku pun juga merasa begitu. Seringkali aku berpikir bagaimana aku harus bersikap di depan mereka? cara aku ngomong harus seperti apa? overthingking menyapa ku. Aku takut salah sikap dan omongan hingga membuat konflik yang tak diinginkan. Aku juga suka membayangi di posisi mereka. Rasanya seperti apa ya? hmm aku tidak bisa menebak.

Emosi yang tak biasa

Aku tidak mau menepis emosi ini. Aku ingin menerima bahwa aku sedih. “Sudah tidak seperti dulu ya?”
“Kita bukan anak-anak lagi ya?”
“Apakah hubungan kita akan renggang?”
“Apakah akan ada prasangka-prasangka yang hadir di lingkaran kita?”
“Aku harus bagaimana setelah kalian tidak tinggal bersama ku lagi?”
Mungkin pertanyaan terakhir terdengar seperti adik kecil manja yang tak ingin ditinggal kakaknya. Terserah pembaca ingin berpikir seperti apa.

Selama 20 tahun aku hidup dengan orang-orang yang lebih berpengalaman daripada ku. Orang tua ku dan kakak-kakak ku adalah orang-orang yang lebih dulu hidup dari ku. Aku mengakui kalau aku bukan anak kecil lagi tapi tak bisa disangkal kalau jiwa bungsu dan adik terdapat dalam diri ku. Mungkin ini terasa susah, tapi ini menjadi titik balik ku untuk belajar. Belajar menjalani hidup. Belajar untuk apa-apa sendiri. Belajar memutuskan sendiri. Belajar mengambil resiko. Belajar lebih inisiatif. Belajar untuk lebih perhatian terhadap sekitar ku. Belajar menyelesaikan masalah sendiri.

Terima kasih sudah menjadi kakak yang baik. Adik mu ini memang sering kali menyebalkan, aku akui itu. Terima kasih sudah mendengarkan meski adik mu ini cerewet bahkan tidak mau mendengarkan kalian. Terima kasih sudah memberikan saran kepada adik mu yang labil ini. Terima kasih sudah memerhatikan ku walaupun aku suka tidak memperhatikan kalian.

Maafkan adik mu ini dengan segala ketidaksempurnaan nya. Maafkan adik mu yang seringkali tidak sopan. Maafkan perkataan adik mu yang tidak jarang menyakiti hati kalian. Maafkan keegoisan adikmu ini, tolong ingatkan aku. Maafkan adikmu ini yang mudah membuat kalian naik pitam. Maafkan kegengsian adik mu ini dalam mencurahkan rasa cinta dan sayang nya.

Teruntuk kakak-kakak ipar ku,
Terima kasih sudah menerima kakak-kakak ku. Terima kasih sudah menerima aku sebagai adik ipar mu. Terima kasih sudah berusaha menyesuaikan gelombang keluarga ku. Pasti tidak mudah ya. Terima kasih sudah berkenan mengobrol dengan ku meski rasa canggung ada diantara kita. Terima kasih.

Maafkan aku sebagai adik iparmu. Maafkan aku yang canggung. Maafkan aku yang sulit membuat topik pembicaraan. Maafkan perkataan ku yang menyakiti hati kalian. Maafkan perbuatan ku yang menyinggung kalian. Maafkan aku bukan adik ipar yang baik. Aku minta maaf.

--

--